BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Problem Based Learning (PBL)
Rumusan dari Dutch (1994), Problem
Based Learning (PBL) dalam bahasa Indonesia disebut Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar
dan belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi masalah yang
nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta
kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Problem Based
Learning (PBL) mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan
untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
Problem Based Learning (PBL)
mempunyai perbedaan penting dengan pembelajaran penemuan. Pada pembelajaran
penemuan didasarkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan disiplin ilmu dan
penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas dalam ruang
lingkup kelas, sedangkan Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan masalah
kehidupan nyata yang bermakna dimana siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih
dan melakukan penyelidikan apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh
itu diperlukan untuk memecahkan masalah.
Model PBL dikembangkan berdasarkan
konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah
belajar penemuan atau discovery learning. Konsep tersebut memberikan dukungan
teoritis terhadap pengembangan model PBL yang berorientasi pada kecakapan
memproses informasi.
PBL pertama kali diperkenalkan
pada awal tahun 1970-an di universitas Mc Master fakultas kedokteran kanada,
sebagai suatu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat
pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada. Menurut
Arends PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
mengerjakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inquiri, dan keterampilan berfikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kamandirian dan percaya diri.
Berdasarkan definisi tersebut pengajaran PBL merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun
kompleks.
Berikut ini
beberapa pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning dari para ahli:
- Menurut Barbara J. Duch (1996), Problem Based Learning
(PBL) adalah satu model yang ditandai dengan penggunaan masalah yang ada
di dunia nyata untuk melatih siswa berfikir kritis dan terampil memecahkan
masalah, dan memperoleh pengetahuan tentang konsep yang penting dari apa
yang dipelajari (Wijayanto, 2009:15).
- Menurut Suyatno (2009), Problem Based Learning
(PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah,
dimana masalah tersebut digunakan sebagai stimulus yang mendorong
mahasiswa menggunakan pengetahuannya untuk merumuskan sebuah hipotesis,
pencarian informasi relevan yang bersifat student-centered melalui diskusi
dalam sebuah kelompok kecil untuk mendapatkan solusi dari masalah yang
diberikan.
- Menurut Arend, PBL merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata)
sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh
kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa,
dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Trianto, 2007).
- Menurut Sanjaya (2006: 214), Problem Based
Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Hakekat
permasalahan yang diangkat dalam Problem Based Learning adalah gap atau
kesenjangan antara situasi nyata dengan situasi yang diharapkan, atau
antara yang terjadi dengan harapan.
Model pembelajaran PBL adalah suatu model
pembelajaran yang mengajak siswa untuk berkelompok dan mengembangkan
pengetahuan, penalaran, berfikir kritis, serta memperoleh pengalaman dalam
diskusi kelompok itu. Model pembelajaran PBL terdiri dari 5 tahapan yaitu: (1).
Orientasi siswa pada masalah yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran dan hal-hal
penting yang dianggap perlu, (2). Mengorganisasikan siswa dalam belajar,
maksudnya membantu siswa mengkoordinasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan
masalah, (3). Memberi bantuan dalam penyelidikan secara mandiri atau bersama
kelompok, yaitu membantu siswa dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan,
(4). Mengembangkan dan menyediakan alat-alat, membantu siswa dalam perencanaan,
(5). Menganalisis dan mengevaluasikan pada penyelidikan dan proses yang
digunakan.
B.
Karakteristik
Model Pembelajaran PBL
Menurut Rusman (2010:232),
karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai
berikut:
- Permasalahan menjadi starting point dalam
belajar.
- Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan
yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.
- Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective).
- Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki
oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
- Belajar pengarahan diri menjadi hal yang
utama.
- Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam,
penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang
esensial dalam problem based learning.
- Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan
kooperatif.
- Pengembangan keterampilan inquiry dan
pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan.
- Sintesis dan integrasi dari sebuah proses
belajar.
- Problem based learning melibatkan evaluasi dan
review pengalaman siswa dan proses belajar.
C.
Tujuan
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran
PBL adalah sebuah cara memanfaatkan masalah untuk menimbulkan motivasi belajar.
Suksesnya pelaksanaan pembelajaran PBL sangat bergantung pada seleksi, desain
dan pengembangan masalah. Tujuan pembelajaran PBL adalah penguasaan isi belajar
dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. PBL juga
berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas (lifewide learning),
keterampilan memaknai informasi, kolaboratif dan belajar tim, dan keterampilan
berfikir reflektif dan evaluatif.
Berikut ini
beberapa tujuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL):
1. Mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah.
Proses-proses berpikir tentang ide-ide abstrak
berbeda dari proses-proses yang digunakan untuk berpikir tentang
situasi-situasi dunia nyata. Resnick menekankan pentingnya konteks dan
keterkaitan pada saat berpikir tentang berpikir yaitu meskipun proses berpikir
memiliki beberapa kasamaan antara situasi, proses itu bervariasi tergantung
dengan apa yang dipikirkan seseorang dalam memecahkan masalah.
2.
Belajar
peran orang dewasa
Problem Based Learning (PBL) juga dimaksudkan untuk membantu siswa
berkinerja dalam situasi-situasi kehidupan nyata dan belajar peran-peran
penting yang biasa dilakukan oleh orang dewasa. Resnick mengemukakan bahwa
bentuk pembelajaran ini penting untuk menjembatani kerjasama dalam
menyelesaikan tugas, memiliki elemen-elemen belajar magang yang mendorong
pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga dapat memahami peran di luar
sekolah.
3. Keterampilan-keterampilan untuk belajar mandiri
Guru yang secara terus menerus membimbing siswa
dengan cara mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
memberi penghargaan untuk pertanyaan-pertanyaan berbobot yang mereka ajukan,
dengan mendorong siswa mencari solusi/penyelesaian terhadap masalah nyata yang
dirumuskan oleh siswa sendiri, maka diharapkan siswa dapat belajar menangani
tugas-tugas pencarian solusi itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.
4. PBL melibatkan siswa dalam
penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan
menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena
itu.
D.
Langkah-Langkah
Penggunaan Model Pembelajaran PBL
Langkah-langkah operasional dalam
proses pembelajaran yang dikonsepkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
adalah sebagai berikut:
1. Konsep Dasar (Basic
Concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk,
referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal
ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran.
2. Pendefinisian Masalah (Defining
The Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan scenario
atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming
dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap
scenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternative
pendapat.
3. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman
materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan
berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi
capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran
pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai
kelompok dan fasilitatornya.
4. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS),
kuis, PR, dokumen, dan laporan.
E.
Kelebihan Problem
Based Learning (PBL)
Pembelajaran Problem Based Learning
atau berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model
pembelajaran yang lainnya, di antaranya sebagai berikut:
1.
Pemecahan masalah merupakan teknik
yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
2.
Pemecahan masalah dapat menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi
siswa.
3.
Pemecahan masalah dapat meningkatkan
aktivitas pembelajaran siswa
4.
Pemecahan masalah dapat membantu
siswa bagaimana menstansfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
5.
Pemecahan masalah dapat membantu
siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
6.
Melalui pemecahan masalah bisa
memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA,
sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara
berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
7.
Pemecahan masalah dianggap lebih
menyenangkan dan disukai siswa
8.
Pemecahan masalah dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru
9.
Pemecahan masalah dapat memberikan
kesempatan pada siswa yang mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
10. Pemecahan
masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
F.
Kekurangan
Problem Based Learning (PBL)
Sama halnya dengan model pengajaran
yang lain, model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki beberapa
kekurangan dalam penerapannya. Kelemahan tersebut diantaranya:
1. Manakala
siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba
2. Keberhasilan
strategi pembelajaran malalui Problem Based Learning membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan
3. Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Model pembelajaran PBL adalah suatu pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi para peserta
didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pembelajaran.
Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk berpikir
kreatif, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan
masalah malalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap
ilmiah.
B.
Saran
Dalam mengajar matematika sebagai seorang guru hendaknya
menggunakan model pembelajaran yang efektif seperti problem based learning
(PBL) yang mengambil masalah dari dunia nyata atau kehidupan sehari-hari
sehingga lebih memudahkan siswa memahami materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nisa, Khairun. 2016. Penerapan Model Problem-Based
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Di
Smpn 2 Indra Jaya Sigli. Skripsi. Darussalam : Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar